Kamis, 09 Maret 2017

Soekarno "Sang Guru" bagi Fidel Castro



Kedekatan antara pemimpin Cuba Fidel Castro dengan Soekarno menjadi salah satu cerita unik yang selalu menjadi sejarah tersendiri dalam perjalanan Bangsa Cuba dan Bangsa Indonesia. 

Saat ini mungkin hubungan Indonesia dan Cuba tidak erat seperti di masa lalu, namun sejarah mencatat bahwa Presiden Soekarno pernah menjadi tokoh yang berjasa dalam perjalanan panjang Bangsa Cuba. 

Fidel Castro sendiri tidak ragu untuk menyatakan bahwa Soekarno adalah "Guru"nya, yang mengajarkan Cuba untuk menjadi mandiri tanpa bergantung dengan negara lain.



Pada tahun 1960 Soekarno berkunjung ke Cuba sebagai balasan atas kunjungan Fidel Castro ke Indonesia pada 1959, dalam kesempatan itu kedua pemimpin banyak berbicara mengenai keadaan negaranya masing-masing. 



Fidel bercerita mengenai keadaan negaranya "Tuan Soekarno Cuba memiliki cita-cita untuk bangkit dan berkembang, namun kami dikelilingi negara-negara perkebunan peninggalan Spanyol, Portugal dan Inggris, Kami juga berdekatan secara geografis dengan Raja Kapitalis Amerika, setiap saat Kami berjaga agar tidak ada rudal mereka yang dijatuhkan ke kota-kota Kami, akhirnya Kami terpaksa bersekutu dengan Uni Soviet agar keamanan kami terjaga, namun bukan ini yang Kami inginkan, Indonesia-lah yang ingin Kami tiru karena mandiri tanpa bergantung dengan negara lain".

Soekarno membalas "Begini, Yang Mulia Castro..... Sebuah negara pertama-tama harus mandiri. Itu persyaratan terbesar sebuah revolusi. Ia tidak boleh bergantung kepada siapa-siapa, kekuatan dirinya sendiri yang menjadi ukuran. Sebuah negara harus memiliki kemandiriannya, karena kemandirian ia akan mendapatkan tiga hal : Kehormatan, Kemanusiaannya dan Kepandaiannya. Nah, untuk mencapai ini kita harus tegar menghadapi badai godaan. Saya sendiri akan melawan bila negara saya dikelilingi koloni-koloni yang kemudian akan berkembang sebagai sebuah ancaman”

Fidel Castro melanjutkan pertanyaanya "Lalu apa yang harus Kami lakukan Tuan Presiden?"

Soekarno menjawab "Yang Mulia...untuk mandiri kita harus mengetahui dulu apa kekuatan negara kita, modal apa yang kita miliki untuk menjadi mandiri, lalu gunakan itu 100% untuk kesejahteraan umum gunakan agar rakyat bahagia, jangan biarkan itu digunakan oleh penggarong kapitalis dan pencuri komoditi"

Setelah itu Cuba benar-benar mempraktekan apa yang dikatakan Soekarno, mereka menerbitkan Undang-Undang Kesejahteraan Umum, membangun ekonomi negaranya untuk mandiri yang akhirnya  menjadi ancaman di halaman belakang Amerika. 

Sedangkan Soekarno berakhir dengan tragis, Negaranya dikalahkan oleh plot licik Barat, beliau digulingkan karena dianggap terlibat dalam gerakan radikal Komunis, yang bahkan belum dapat dibuktikan sampai sekarang keterlibatannya.

Negaranya Indonesia sekarang menjadi budak kapitalis, Freeport menjarah di Papua, Newmont merampok di Nusa Tenggara, rakyatnya masih jauh dari sejahtera.

Semoga di masa nanti akan muncul nasionalis baru yang membangun Indonesia yang Kuat dan Sejahtera.

Senin, 06 Maret 2017

Perang Dunia Pertama (Bagian 4 Italiano Menyerang)


Sebenarnya Italia adalah bagian dari persekutuan yang disebut Triple Alliance yang terdiri dari Jerman, Austria Hungaria, dan Italia.

Masuknya Italia ke dalam kancah Perang Dunia Pertama di pihak Sekutu menjadi kejutan besar bagi banyak pihak. Negara yang telah mengikat janji militer dengan Jerman dan Austria Hungaria malah berbalik menyerang kedua negara tersebut.

Pada awal Perang Italia bersikap netral karena pada dasarnya persekutuan Triple Alliance adalah persekutuan defensif artinya semua negara anggota wajib membantu anggota lainnya apabila diserang oleh musuh, sedangkan Perang Dunia Pertama dimulai dari sikap agresif Jerman dan Austria Hungaria menyerang negara-negara Sekutu, hal tersebut menjadi alasan Italia tidak membantu Jerman dan Austria Hungaria.

Selama setahun masa netral, Italia memanfaatkannya untuk memilih berada di pihak siapa, mereka memulai negosiasi dengan Jerman dan Austria Hungaria apa yang akan mereka dapat apabila ikut berperang di pihak mereka, namun hasilnya tidak memuaskan karena beberapa wilayah yang Italia inginkan sebagai hadiah adalah wilayah kekuasaan Austria Hungaria.

Negosiasi rahasia akhirnya dijalankan Italia dengan Pihak Sekutu, Inggris dan Perancis. Italia menuntut hal yang sama seperti tuntutan mereka kepada Jerman dan Austria Hungaria, kali ini dengan hasil yang menggembirakan, Italia dijanjikan semua wilayah tersebut apabila kemenangan telah diraih.

Akhirnya pada 23 Mei 1915 Italia menyatakan perang terhadap Austria Hungaria, diikuti kepada Kekaisaran Ottoman (21 Agustus), Bulgaria (19 Oktober), Jerman (28 Agustus 1916).

Peta peperangan Eropa Tahun 1915



Perang di Front Italia lebih banyak terjadi antara Italia dan Austria Hungaria (Jerman baru ikut serta pada 1917), perang ini juga menjadi perang yang amat sulit bagi yang terlibat karena berlangsung di wilayah pegunungan dan dataran tinggi Alpen. hanya ada sedikit wilayah tanpa tebing terjal dan jurang dan itupun telah dibentengi dengan kuat oleh kedua pihak.

Lukisan dramatis pertempuran Italia dengan Austria Hungaria di Pegunungan Alpen


Tentara Austria Hungaria mendaki tebing terjal 


Pertempuran pembuka terjadi di wilayah sungai Isonzo (aliran sungai ini menjadi pusat peperangan antara Italia dan Austria Hungaria), Italia menyerbu pada tanggal 23 Juni 1915, merasa memiliki keunggulan dari sisi jumlah Italia menyerang secara frontal posisi Austria Hungaria yang telah diperkuat, yang akhirnya membawa malapetaka karena korban jiwa yang sangat besar dari pihak Italia, sedangkan Austria Hungaria tidak menganggap Front Italia sebagai yang utama sehingga jumlah tentaranya hanya sedikit yang dapat dikerahkan (sebagian besar dikirim menghadapi Rusia), oleh karena itu Austria Hungaria bersikap defensif di front ini.

Tentara Italia mendaki menuju Front Pertempuran 



Pertempuran di Front Italia menjadi faktor utama kekalahan Austria Hungaria, karena disinilah kekalahan terbesar mereka terjadi. 

Pada akhir Perang Dunia Pertama Italia ikut menjadi pemenang di pihak Sekutu, namun hasil yang mereka inginkan tidak didapat, wilayah yang menjadi target mereka tidak diraih, Italia merasa dibohongi oleh Sekutu, pengorbanan prajurit mereka dan kehancuran ekonomi yang terjadi akibat perang tidak mendapat hasil yang setimpal, inilah yang membuat Pemerintahan mereka saat itu berhasil digulingkan oleh pihak Fasis Benito Mussolini, kekuasaan Fasis menjadi akar bagi konflik baru di Eropa yang berkembang menjadi Perang Dunia ke-2, kali ini Italia berpihak kepada Jerman Adolf Hitler, babak baru peperangan Eropa akan dimulai dari keduanya.  

Hitler dan Mussolini



Sabtu, 04 Maret 2017

"Bule Depok" Siapa Mereka?




Pasti banyak yang telah mendengar sebutan "Bule Depok", panggilan ini menjadi khas untuk masyarakat Depok, karena tidak ada daerah lain yang punya "Bule" hanya di Depok. panggilan ini sering digunakan tetapi banyak yang tidak mengetahui asal mulanya. Siapa sebenarnya Bule Depok ini sehingga nama mereka tetap dikenal sampai sekarang.




Bule Depok sebenarnya adalah orang-orang yang pertama mendiami wilayah Depok namun mereka bukan warga asli Depok melainkan orang suku Bali, Ambon, Minahasa, juga orang Timor, Bengala dll,  mereka bukan peranakan Eropa.


Mereka adalah budak dari tuan tanah Depok asli Belanda yakni Cornelis Chastelein, dia adalah pedagang sukses yang membeli sebidang tanah yang akan berkembang menjadi wilayah Depok. Cornelis Chastelein adalah Kristen yang taat walaupun memiliki budak di dalam hati dia tidak mendukung sistem perbudakan sehingga saat wafat dia membebaskan seluruh budaknya yang berjumlah 150 orang dan memberikan hak tanah yang dimilikinya kepada mereka.

Seratus lima puluh budak ini terbagi dalam 12 marga, yaitu Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Josep, Lauren, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense dan Zadokh.

Bertahun-tahun hidup dalam lingkungan Belanda membuat gaya hidup mereka seperti orang Belanda, bicara bahasa Belanda, terpelajar karena mereka bersekolah di sekolah Belanda, dan memiliki hak atas tanah sendiri, inilah yang membedakan mereka dengan orang-orang disekitar mereka yang umumnya petani suruhan yang tidak memiliki lahan, hidup sederhana, dan tidak menguasai bahasa Belanda.


Orang-orang kampung inilah yang pertama kali menyebut mereka "Belanda Depok" yang sekarang sedikit bergeser menjadi "Bule Depok". Pada masa itu istilah ini merupakan hinaan buat mantan budak yang bergaya Belanda namun sekarang hanya pengisi obrolan mengenai Depok.

Ada tujuh Negara Asia yang tidak pernah dijajah...negara mana saja ya?

1. Thailand

Seluruh negara di Asia Tenggara pernah menjadi jajahan negara-negara Eropa namun ada satu yang berhasil menghindari pahitnya menjadi koloni negara lain yakni Thailand. 

Alasan kenapa Thailand tidak menjadi jajahan negara Eropa karena negeri kerajaan ini dibutuhkan untuk menjadi Buffer, negara penyangga yang berdiri diantara dua wilayah kekuasaan Eropa Burma Inggris, dan Indochina Perancis. negara buffer sendiri penting agar dua kekuatan tidak bersinggungan langsung sehingga dapat menghindari konflik yang tidak perlu.

Thailand (kuning) diantara wilayah jajahan Eropa, Inggris (merah) dan Perancis (ungu)


2. Bhutan

Negara Asia lain yang tidak pernah dijajah adalah Bhutan, negara ini terletak di pegunungan himalaya di utara India. Wilayahnya cukup terasing, karena akses yang sulit karena terletak di pegunungan tertinggi di dunia, namun hal ini pula yang menjadi keuntungan mereka, Inggris yang saat itu bercokol di India tidak terlalu agresif untuk menguasai Bhutan.

Terdapat beberapa wilayah yang diserahkan kepada Inggris sebagai bayaran atas kekalahan mereka berperang namun secara umum Bhutan tetap Negeri merdeka penuh sampai berakhirnya era penjajahan. 

wilayah Bhutan terletak di pegunungan Himalaya diantara India dan China


3. Afghanistan

Negara yang terus mengalami konflik ini adalah salah satu negara yang tidak pernah dijajah oleh kekuatan manapun dari Eropa. penduduknya terkenal berani dan tidak gentar menghadapi siapapun yang ingin menduduki negara mereka.

Beberapa kali Inggris mencoba untuk menguasai Afghanistan selalu menemui kegagalan. Inggris yang saat itu menguasai India ingin memperluas kekuasaan sampai Asia Tengah, pintu gerbangnya adalah Afghanistan, namun semua serangannya gagal sampai akhirnya Inggris melupakan ambisi mereka karena Asia Tengah malah diduduki Rusia.

Afghanistan akhirnya dibiarkan merdeka untuk menjadi buffer state diantara kekuasaan Inggris dan Rusia.

Afghanistan (kuning) 

4. Iran

Iran atau dimasa lalu lebih dikenal dengan Persia menjadi salah satu negara yang tidak pernah dijajah negara Eropa, walau saat itu bukan negara yang kuat baik secara persenjataan dan teknologi.

Faktor geografis Iran yang terdiri atas pegunungan dan dataran tinggi menyulitkan pihak manapun untuk menginvasi walau dengan kekuatan tentara yang besar.

Walau tidak secara langsung dikuasai namun pemerintahan di Iran sendiri saat itu merupakan boneka dari kekuasaan Inggris, mereka tetap dipengaruhi oleh Inggris dalam banyak hal terutama kebijakan luar negeri dan perdagangan. 

Gambar perubahan wilayah Iran selama abad 19 dan 20


5. Nepal

Nepal adalah negara yang berada di pegunungan himalaya seperti halnya Bhutan, negeri ini tidak pernah diajah oleh negara Eropa manapun bahkan oleh Inggris yang saat itu menduduki India. negara ini sulit untuk ditaklukan karena untuk menyerangnya dibutuhkan usaha yang luar biasa terutama menaklukan pegunungan himalaya itu sendiri. 

Akhirnya Inggris membiarkan Nepal tetap merdeka karena lebih berguna sebagai buffer state antara kekuasaan mereka dengan China, apalagi Nepal merupakan salah satu penyumbang prajurit yang hebat yakni brigade gurkha, karena terdapat perjanjian antara Inggris dan Nepal yang memperbolehkan Inggris mencari prajurit dari Nepal. 

Letak Wilayah Nepal



6. China

China juga menjadi negara Asia yang tidak pernah dijajah Bangsa Eropa, ada berbagai faktor bangsa Eropa tidak dapat menguasai China secara keseluruhan, yang pertama, pada abad 16 dan 17 saat Bangsa Eropa sedang giat-giatnya mencari koloni China sudah merupakan kekuatan besar di Asia dengan persenjataan yang tidak kalah dari Eropa.

Kedua, walaupun Revolusi Industri di Inggris dan Eropa yang membuat mereka mampu menciptakan senjata baru yang lebih modern meninggalkan China dengan meriam kunonya namun Bangsa Eropa tidak mampu menaklukan wilayah yang sangat luas yang bahkan melebihi luas benua Eropa itu sendiri.

Ketiga, jumlah penduduk China terlampau besar untuk dapat ditaklukan, menyerang China dengan populasi 500 juta jiwa adalah hal yang sangat sulit bahkan dengan senjata modern sekalipun.

Namun beberapa wilayah kecil atau kota pelabuhan di China dikuasai Bangsa Eropa seperti Hongkong, Macau dll.




7. Jepang

Sebenarmya menaklukan Jepang pada masa lalu bukan hal sulit bagi negara-negara Eropa, Jepang masih negara primitif dengan persenjataan kuno dan wilayah yang semi otonom yang terkadang berkonflik dengan kekuasaan pusat, semua hal tersebut membuat menguasai Jepang bukanlah hal yang sulit. namun Jepang tidak memiliki daya tarik sebagai koloni, tidak terletak pada jalur perdagangan dunia saat itu dan tidak memiliki sumber daya alam yang banyak. Negara Eropa dan Amerika saat itu hanya menginginkan meminjam pelabuhan mereka sebagai pintu gerbang ke China dan depot perburuan paus. 

Insiden yang terkait dengan upaya peminjaman pelabuhan ini adalah peristiwa pembukaan secara paksa Pelabuhan Edo oleh Matthew C. Perry (Komandan Angkatan Laut Amerika), Insiden yang membuka mata Jepang bahwa mereka lemah dibawah persenjataan modern Eropa dan Amerika, membuat mereka mereformasi kehidupan mereka dengan mengadopsi keunggulan-keunggulan Barat baik dibidang pendidikan dan teknologi (restorasi Meiji).

Reformasi yang berhasil mengubah Jepang menjadi negara yang disegani karena keberhasilan mereka mengejar ketertinggalan dari bangsa Eropa, dan menjadi kekuatan besar di Asia Timur sebelum akhirnya kalah dalam Perang Dunia Ke Dua.